Suatu malam ketika duduk dengan ustadz masjid Al Kahfi Pamapersada Kide, Allah memperdengarkan melalui bacaan satu dari kami satu ayat dari surat Al-Hujarat, yaitu ayat ke-6,
يَـأيُّهَاالّذِيْن آمنـُوْا ِاٍنْ جـآءَكمْ فَاسقٌ بـِنَباٍ فتبيّنـُوْا أنْ تُصِبـوْا قوْمًـا بِجَهَالـةٍ فتُصْبِحُـوْا علَى مَا فعَلْتـُمْ نـدميـن
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang seorang yang fasik kepadamu membawa berita, maka tangguhkanlah (hingga kamu mengetahui kebenarannya) agar tidak menyebabkan kaum berada dalam kebodohan (kehancuran) sehingga kamu menyesal terhadap apa yang kamu lakukan”
Semakin canggihnya dan mendunianya gadget yang hampir menyentuh semua lapisan masyarakat Indonesia ikut mendorong semakin cepatnya informasi menyebar secara bebas didunia maya. Tidak dapat dihindari akan ada efek positif dan negatif dari fenomena ini. Istilah Gen-Z (Generasi Z) dipakai untuk menggambarkan seorang individu yang menganggap informasi yang ia dapatkan dari media Online adalah 100% benar. Sehingga tidak jarang artikel yang belum tentu jelas asal usulnya, expertise atau tidak penulisnya, dan dapat dipertanggung jawabkan atau tidaknya, lebih dipercayai daripada perkataan seorang yang ia temui didunia nyata.
Sebagai pengguna beberapa medsos, seperti facebook, tweeter, path, aplikasi whatsapp, bbm dan masih banyak lagi, sangat mudah kita menyebarkan informasi-informasi yang kita dapatkan melalui apa yang namanya braodcast message, dengan satu kali pencet bisa menyebar keseluruh contact yang ada dilist friend kita. Atau dengan memencet button ‘share’ yang biasanya ada dibawah setiap artikel online.
Alangkah mudahnya, tapi pernahkah kita berfikir sejenak sebelum menyebarkan informasi? Benar atau tidaknya informasi, efek terhadap yang membaca informasi, merusak kehormatan saudara kita atau tidak? dll. Tenang, tidak perlu dijawab karena ini bukan ujian. Ketergesa-gesaan dalam meneruskan informasi, apalagi mengenai hal-hal yang kita sangat setuju dengan isi artikel, atau suatu artikel yang menyerang seseorang/kelompok yang kita tidak sukai.
Mari kita sedikit bermain-main, andai saja kita mendapat kabar bahwa saudara/anak kita ditangkap polisi karena terlibat kasus perdagangan narkoba disekolahnya. Secara manusiawi, kita pasti akan menghubungi kepada yang bersangkutan untuk mengklarifikasi kebenaran dari informasi yang kita dapatkan. Andaikata itu benarpun kita akan menjaga informasi tersebut agar jangan sampai tersebar. Itulah pola pikir manusia yang masih normal.
Akan tetapi lain halnya ketika kita mendapatkan BM atau share dari teman, seakan sudah 101% benar enteng banget kita meneruskan informasi tersebut, apalagi ketika informasi itu mengenai orang atau kelompok yang kurang begitu kita sukai, atau kurang sependapat. Momen-momen kampanye, pilkada, hari-hari tertentu sangat akrab dengan share-sharean informasi yang tidak jelas asal usulnya. Istilah dosa MLM mungkin juga berlaku ketika kita share informasi mengenai aib atau hal yang tidak benar kepada 100 contact kita, lalu minimal 20 lagi mengirimkan kepada 100 yang lain, sudah 2000 dan tidak tahu sampai berapa lagi.
Itulah perlunya proses tabayyun (sebagaimana firman Allah diatas), sebelum kita share informasi yang kita dapatkan, agar kita tidak mendatangkan musibah karena kebodohan kita, sehingga kemudian kita akan menyesal atas apa yang telah kita perbuat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam jalan-NYA. Wallahu a3lam.